Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SITUS DAN SEJARAH MAKAM GIRIGONDO

Kompleks Makam Girigondo atau Astana Girigondo terletak di perbukitan Menoreh tepatnya di Dusun Girigondo, Desa Kaligintung, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti pada umumnya makam raja, kompleks ini juga berada di puncak bukit. Lokasi kompleks makam ini berjarak kurang lebih 10 km dari pusat kota Wates. Untuk mencapai makam, terdapat kurang lebih 258 tangga seperti di makam Imogiri, namun menurut warga sekitar dalam menghitung jumlah tangga ini tidak pernah ada yang sama.

Sumber foto: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/kompleks-makam-girigondo/, diakses pada 26 Maret 2021 pukul 23.13 WIB

Kompleks makam Girigondo ini terdiri dari 6 teras yang dihubungkan dengan tangga atau trab. Teras tertinggi yang merupakan area pemakaman KGPAA Paku Alam V, KGPAA Paku Alam VI, dan KGPAA Paku Alam VIII yang dikelilingi oleh tembok dan pagar besi setinggi 2,4 meter, gapura dan pintu gerbangnya pun juga terbuat dari besi. Sedangkan teras di bawahnya merupakan area makam keluarga dan kerabat Paku Alam. Di Komplek Makam Girigondo ini hanya terdapat makam KGPAA Paku Alam V sampai IX karena makam KGPAA Paku Alam I-IV berada di kompleks makam Hastanarengga Kotagede.

Makam Paku Alam setelah KGPAA Paku Alam IV tidak lagi berada di Kotagedhe karena kompleks makam Hastanarengga Kotagede sudah penuh, sehingga KGPAA Paku Alam V mencari tempat baru untuk memakamkan Paku Alam selanjutnya. Kompleks Makam Girigondo ini dipilih sebagai tempat makam Pakualaman karena berkaitan dengan asal usul KGPAA Paku Alam V yang berasal dari Trayu, Tirtorahayu, Galur, Kulon Progo. KGPAA Paku Alam V adalah putera KGPAA Paku Alam II dari Garwa Ampeyan bernama Raden Ayu Resminingdiah yang berasal dari Kulon Progo. 

Konon, ketika beliau melakukan perjalanan sampai di bukit Girigondo yang dulunya bernama Gunung Keling ini, beliau mencium bau yang harum yang menurutnya tempat tersebut mempunyai karisma tersendiri dan memutuskan menjadikan tempat ini sebagai tempat pemakamannya. Nama Girigondo sendiri berasal dari bahasa Jawa yakni gunung (Giri) dan berbau harum (gondo). Oleh karena itu, sebelum tahun 1900 KGPAA Paku Alam V meminta bukit tersebut dijadikan makam. Orang pertama yang menerima perintah yaitu Distrik Wonodirjo yang dimakamkan di sisi timur Bangsal Umum.

Kompleks makam Girigondo pertama kali digunakan pada bulan September tahun 1900, hal itu ditandai dengan adanya prasasti yang terdapat di teras 1 tempat pemakaman KGPAA Paku Alam V. Kompleks makam Girigondo memiliki luas mencapai 10 hektare. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada keputusan menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM.89/PM.007/MKP/2011.

Menurut penuturan Juru Kunci Drs. H Mas Wedana Wasiluddin, tangga (undak-undakan) menuju makam ini baru dibangun sekitar tahun 1930. Awalnya pemakaman ini berupa tanah miring dan hanya dibuatkan jalan tanah untuk menuju area makam. Dalam perkembangannya, kompleks makam Girigondo telah disempurnakan dengan adanya tanggul sebagai penahan erosi dan listrik yang telah masuk sekitar tahun 1990. 

Pada tahun 2011 dibuat kompleks makam baru yang berada di tengah bukit atau tengah perjalanan di tangga menuju kompleks lama setelah mangkatnya permaisuri KGPAA Paku Alam IX bernama Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Paku Alam IX. Kompleks baru ini juga menjadi tempat dimakamkannya KGPAA Paku Alam IX pada 22 Novvember 2015 lalu. 

Selain terdapat makam, area ini juga memiliki sebuah masjid yaitu Masjid Puropakualaman Girigondo yang memiliki bentuk dan corak yang khas dengan Pakualaman. Tidak ada yang tau persis kapan masjid ini dibangun, meskipun ada tulisan 1927 di papan sebelah masjid tapi warga sekitar meyakini jika bangunan ini dibangun awal 1900-an. Menurut Imam Suri salah seorang Takmir masjid mengungkapkan jika dahulu masjid ini menjadi bagian dari kantor yang fungsinya serupa balai desa. Bahkan dulu juga berfungsi sebagai kantor penewu atau Kantor Urusan Agama (KUA), sehingga masjid ini digunakan untuk pelaksanaan ijab Kabul. (Rina Susiyana Putri)

 

Sumber: 

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/kompleks-makam-girigondo/ (diakses tanggal 2 Mei 2020, jam 8.34)

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/kompleks-makam-girigondo-2/ (diakses tanggl 2 Mei 2020, jam 8.36)

https://id.wikipedia.org/wiki/Pasarean_Giri_Gondo (diakses 2 Mei 2020, jam 8.38)

https://dinpar.kulonprogokab.go.id/pesarean-girigondo.html (diakses tanggal 2 Mei 2020, jam 8.40)

https://www.jpnn.com/news/sejarah-astana-girigondo-tempat-paku-alam-ix-dimakamkan (diakses tanggal 2 Mei 2020, jam 8.45)

https://radarjogja.jawapos.com/2015/07/29/melihat-lebih-dekat-kompleks-astana-girigondo-di-kulonprogo/ (diakses tanggal 2 Mei 2020, jam 8.54)

https://sewamotorjogja.id/makam-astana-girigondo-yogyakarta/ (diakses tanggal 2 Mei 2020, jm 8.57)

https://www.cendananews.com/2015/07/masjid-puro-pakualaman-dan-astana-makam-girigondo.html (diakses tanggal 2 Mei 2020, jam 8.58)


Posting Komentar untuk "SITUS DAN SEJARAH MAKAM GIRIGONDO"